TEMPO.CO, Aleppo - Gelarnya sangar: anggota Tentara Pemberontak Suriah. Ada juga yang menyebut mereka Tentara Pembebas Suriah. Tapi, seperti anak muda di belahan dunia lain, mereka terjangkit virus narsis, tidak tahan lihat kamera nganggur.
Tempo mengunjungi Kota Tua Aleppo, saat lebih dari sepuluh Tentara Pembebas Suriah menjaga jalan masuk kawasan itu, Kamis lalu. Awalnya, mereka menatap curiga di balik AK-47 yang mereka tenteng. Untungnya, salam dan senyum bisa mencairkan suasana. Mobil yang membawa saya pun parkir di dekat pos penjagaan itu.
Seorang serdadu menatap saya begitu lama dari jarak dua meter dan berjalan mendekat. Lalu dia berbicara dalam bahasa Arab. “No Arabic… Just English,” kata saya, sedikit ketar-ketir.
Kemudian dia menunjuk kamera yang tergantung di dada saya. Jemarinya memeragakan orang memotret, lalu dia menunjuk dadanya. Saya paham. Dia ingin dipotret. Baiklah. Saya meminta dia mengangkat Kalashnikov di tangannya. Ceklak-ceklek. Banci kamera itu pun beraksi.
Dua kawannya tidak mau ketinggalan. Mereka tergopoh menenteng senapan mesin dan langsung bergaya bak Rambo. “Good… good…,” kata mereka saat melihat hasil jepretan sambil mengacungkan jempol.
Saya menanyakan alamat surat elektronik mereka. Tak seorang pun yang difoto memiliki surat elektronik. Tapi seorang tentara lain datang dan menuliskan alamat e-mail-nya. Setelah itu, dia minta difoto lagi. Yuk, mari…
PRAMONO
Berita Terpopuler:
Ini Nama Dua Anggota DPR yang Disebut Dahlan
Instruksi Jokowi di Tanah Tinggi Jalan Sebagian
Alasan Dahlan Tak Laporkan Peminta Upeti ke KPK
Sofyan Djalil Dukung Sekaligus Sindir Dahlan
Jika Enam Ruas Tol Jadi Dibangun, Jokowi Digugat