TEMPO.CO, Jakarta - Akhir September 2012 lalu, Jakarta dikejutkan oleh kematian sepasang kekasih, Mirza Nuruzzaman, 35 tahun, dan Asywarah Indah Sari Eka Putri, 26 tahun. Keduanya berencana menikah sepekan sebelum maut merenggut nyawa mereka. Masjid untuk lokasi pernikahan sudah dipesan. Undangan pun telah disebar.
Yang membuat kasus ini misterius adalah polisi menduga calon pengantin pria membunuh kekasihnya, sebelum kemudian bunuh diri. Benarkah? Apa motif di balik pembunuhan itu? Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, reporter Tempo, Munawwaroh, menelusuri satu demi satu fakta yang berkaitan dengan tragedi ini.
***
Cerita soal hubungan asmara Mirza Nuruzzaman dan Asywarah Indah Sari Eka Putri lebih banyak terungkap dari cerita tetangga Eka di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Dian Safari, Ketua Rukun Tetangga 012, tempat Eka tinggal, mengaku banyak mendapat cerita dari Haji Syamsuri, ayah Eka, yang juga aktif dalam banyak kegiatan di lingkungan mereka.
“Pak Syamsuri merestui hubungan Eka dan pria India itu,” kata Dian. Suatu hari, sekitar pertengahan 2011 lalu, Mirza pernah datang ke Pondok Kelapa untuk melamar gadis itu. Sebelumnya, warga tak banyak tahu soal hubungan asmara Eka di luar lingkungan tempat tinggalnya.
Baca Juga:
Mirza memperkenalkan diri sebagai konsultan dari India, yang bekerja untuk Kesultanan Oman di Timur Tengah. Bahasa Inggrisnya rapi dan tertata. Dia sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia.
“Kesan kami, dia pria muslim yang baik,” kata Dian. Meski usianya terpaut hampir 10 tahun dari Eka, hubungan mereka sejak awal sudah diketahui orang tua Eka. “Itu syarat yang diajukan Eka, sebelum mereka mulai menjalin hubungan lebih serius,” kata Dian.
Dian lupa kapan persisnya Mirza datang untuk memperkenalkan diri sekaligus melamar Eka. Tapi, menurut Dian, jawaban Syamsuri sama seperti respons orang tua pada umumnya. “Dia mengembalikan lagi pada putrinya, kalau putrinya memang mau, ya silakan dipenuhi semua persyaratannya,” kata Dian.
Menurut keterangan beberapa sumber Tempo, syarat yang dimaksud keluarga Syamsuri terkait dengan pengurusan izin menikah antara warga Indonesia dan warga negara asing. Misalnya, surat keterangan dari kedutaan besar asal warga yang bersangkutan, surat keterangan belum menikah, dan surat-surat lain. Semua persyaratan itu dituangkan dalam sebuah surat bermaterai yang ditandatangani Mirza dan orang tua Eka.
Mengapa orang tua Eka langsung percaya pada seorang lelaki asing yang hendak memperistri putri mereka? Tak seorang pun keluarga Mirza dari India pernah datang memperkenalkan diri kepada keluarga Eka di Indonesia.
Dian hanya bisa berkomentar bahwa Syamsuri, sebagai ayah, sangat mempercayai anak-anaknya. Selain itu, Mirza tampak sebagai pria baik-baik. “Dia kelihatan sebagai pria muslim yang baik,” kata Dian.
Eka sendiri juga tak pernah menyia-nyiakan kepercayaan orang tua. Menurut Dian, gadis itu aktif dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal mereka di Pondok Kelapa. “Dia sering bantu kegiatan RT, bikin acara untuk anak yatim pada bulan puasa,” kata Dian.
Dari paspor Mirza yang ada di tangan polisi, tampak bahwa Mirza memang baru dua kali datang ke Indonesia. Kedatangannya yang pertama pada November 2011. Dia tinggal selama sebulan di sini. Informasi ini cocok dengan cerita Dian, yang mengaku melihat pria India itu datang ke rumah Eka untuk melamar putri sulung keluarga Syamsuri pada pertengahan atau akhir 2011.
Kedatangan Mirza yang kedua adalah pada September 2012. Pada kedatangannya yang kedua ini, dia membunuh calon istrinya.
MUNAWWAROH
Berita Terkait:
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (1)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (2)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (3)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (4)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (5)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (6)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (7)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (8)