TEMPO.CO, Jakarta - Akhir September 2012 lalu, Jakarta dikejutkan oleh kematian sepasang kekasih, Mirza Nuruzzaman, 35 tahun, dan Asywarah Indah Sari Eka Putri, 26 tahun. Keduanya berencana menikah sepekan sebelum maut merenggut nyawa mereka. Masjid untuk lokasi pernikahan sudah dipesan. Undangan pun telah disebar.
Yang membuat kasus ini misterius adalah polisi menduga calon pengantin pria membunuh kekasihnya sebelum kemudian bunuh diri. Benarkah? Apa motif di balik pembunuhan itu? Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, reporter Tempo, Munawwaroh, menelusuri satu demi satu fakta yang berkaitan dengan tragedi ini.
***
Haji Syamsuri baru saja pulang dari masjid untuk menunaikan salat Isya, Sabtu malam, 22 September 2012, ketika istrinya menyodorkan telepon genggam. Ada telepon penting dari calon menantu mereka: Mirza Nuruzzaman.
Meski singkat, percakapan telepon dalam bahasa Inggris itu membuat jantung Syamsuri nyaris berhenti berdetak. “Mirza bilang, dia baru saja membunuh anak saya,” kata pria pensiunan perusahaan asing berusia 58 tahun itu, dua pekan lalu.
Baca Juga:
Pada mulanya, Syamsuri menyangka dia salah dengar. Mirza dan putri sulungnya, Asywarah Indah Sari Eka Putri, akan menikah pada pekan itu. Semua persiapan sudah hampir selesai. Undangan sudah dicetak dan siap disebarkan. Dia tak percaya Mirza akan tega menyakiti Eka–begitu Asywarah biasa dipanggil.
Tergagap, Syamsuri berusaha mencecar Mirza soal apa yang tengah terjadi. Tapi pria India itu tak bicara banyak. Dia hanya mengaku sedang berada dekat rel kereta api, tanpa menceritakan niatnya untuk bunuh diri malam itu.
“Pembicaraan kami sangat singkat. Begitu saya mau bertanya lagi, telepon ditutup,” kata Syamsuri. “Saya sempat tanya, kamu di mana?” Tapi tak ada jawaban. Usaha sang ayah untuk menghubungi Mirza kembali tak membuahkan hasil. Telepon genggam pria itu langsung mati, tak bisa dikontak lagi.
Tak mau membuang waktu, Syamsuri mengajak istrinya pergi ke Apartemen Kalibata City. Mereka mengontrak sebuah kamar di sana, khusus untuk dipakai Mirza selama sang calon menantu berada di Indonesia.
Perjalanan dari rumah Syamsuri di Kompleks DKI, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, ke Apartemen Kalibata City terasa begitu panjang dan menyiksa. Di taksi, Syamsuri terus mencoba menghubungi Mirza, tapi tidak berhasil.
Begitu turun dari taksi di depan Apartemen Kalibata City, Syamsuri langsung menghambur ke petugas keamanan, meminta izin untuk menengok kamar nomor B 16CG di lantai 16. Dia juga bercerita soal pengakuan seram calon menantunya. Sayangnya, pintu kamar itu terkunci rapat. Petugas keamanan tak punya kunci cadangan.
Saat itulah, sejumlah satpam memberi tahu Syamsuri soal penemuan jenazah seorang pria yang tewas ditabrak kereta commuter line tak jauh dari sana. Pria sepuh itu tersentak. Dia ingat ucapan terakhir Mirza yang mengaku sedang berada dekat rel kereta.
Tanpa pikir panjang, Syamsuri langsung minta diantar ke lokasi kecelakaan. Dia ingin memastikan siapa pria yang bunuh diri di rel kereta malam itu. Seorang satpam Kalibata City berbaik hati mengantar pasangan suami-istri itu ke perlintasan kereta dekat pos ojek Rawajati.
“Saya melihat ketika paspor Mirza ditemukan,” kata Syamsuri kemudian. Wajahnya tegang. Nasib anaknya dan pengakuan Mirza soal pembunuhan Eka terus terngiang di telinganya. Bersama polisi dan satpam, dia bergegas kembali ke Apartemen Kalibata City. Bersama-sama, mereka membuka kamar di Blok Borneo, lantai 16, nomor B 16CG, kamar yang disewa Syamsuri untuk Mirza, dua pekan sebelumnya.
Di sana, di atas tempat tidur, tergeletak tubuh lemas Eka. Sebuah luka sayatan menganga di lehernya. Darah di mana-mana. Anak kesayangan Syamsuri itu sudah tak bernyawa.
MUNAWWAROH
Berita Terkait:
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (1)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (2)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (3)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (4)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (5)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (6)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (7)
Misteri Kematian Calon Pengantin Kalibata (8)