TEMPO Interaktif, Mataram - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menawarkan berbagai peluang investasi kepada perwakilan sejumlah negara pada acara Diplomatic Field Trip yang berlangsung di Senggigi, Lombok Barat, Rabu, 26 Oktober 2011.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTB, Eko Bambang Sutedjo, menawarkan peluang investasi di bidang pengolahan dan pemurnian hasil tambang, pembangkit listrik tenaga panas bumi, maupun tenaga arus laut.
Kepada Consulat Officer Kedutaan Besar Amerika Serikat, Tania Romanoff, yang saat itu menanyakan peluang apa saja yang bisa dilakukan pengusaha Amerika di NTB, Eko menjelaskan bahwa perusahaan Amerika, PT Newmont Nusa Tenggara, hanya menambang emas dan mengekspor konsentratnya. ”Pengusaha AS bisa berinvestasi untuk membuka usaha di bidang hilir berupa pengolahan dan permurnian dari bahan pertambangan,’’ kata Eko.
Selain itu, Eko juga menawarkan investasi untuk memanfaatkan potensi pembangkit listrik tenaga panas bumi dan arus laut. Di kawasan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, terdapat sumber panas bumi yang memiliki potensi 100 megawatt. Saat ini hanya ditangani PT PLN. Adapun di Kabupaten Dompu tersedia potensi 70 MW yang saat ini ditangani oleh PT Pacific Bio Energi.
Eko juga memaparkan peluang investasi pembangkit listrik memanfaatkan tenaga arus laut di Selat Lombok yang perlu segera dilakukan studi kelayakan. Peluang yang sama juga terdapat di Selat Alas dengan potensi 175 kilowatt yang saat ini sedang dijadikan pilot project tenaga listrik arus laut.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTB, Lalu Maliki, mengungkapkan permasalahan yang dihadapi Provinsi NTB dalam bidang industri hilir.
Saat menjawab pertanyaan Duta Besar Ekuador, Eduardo Calderon, Maliki menjelaskan NTB memiliki potensi yang besar di sektor peternakan sapi, tanaman jagung, hingga rumput lalut. Potensi tersebut dijadikan sebagai produk unggulan di NTB melalui program PIJAR (Sapi Jagung dan Rumput Laut).
Dalam bidang peternakan sapi, pada tahun 2013 NTB optimistis bisa mencapai target satu juta ekor sapi. Saat ini sudah tersedia fasilitas rumah potong hewan yang higinies dan representatif bertaraf internasional. Namun, belum mampu mengolah produknya selain hanya menyembelih.
Demikian pula produksi jagung yang mencapai 320 tibu ton per tahun. Namun, yang mampu diolah kurang dari satu persen. Padahal, produksi ini bisa diolah untuk menghasilkan berbagai produk, seperti minyak jagung.
Adapun rumput laut, baru satu persen yang bisa diolah. Perusahaan lokal Phonix Food hanya mengolah 850 kilogram sehari. “Kami membutuhkan pengusaha yang mau berinvestasi di sektor industri hilir untuk mengolah potensi daging sapi, jagung, maupun rumput laut,” ujar Maliki.
Hasil pengolahan dari potensi daging sapi, jagung, maupun rumput laut, kata Maliki dalam acara yang dihadiri Wakil Gubernur NTB Badrul Munir itu, bisa dijadikan produk ekspor. Dengan demikian, angka ekspor NTB akan meningkat.
Maliki memaparkan nilai ekspor NTB selama Juli 2011 mencapai US$ 156,836 juta atau Rp1,333 triliun. Namun, dari keseluruhan nilai ekspor tersebut, sebanyak 99,9 persen berasal dari ekspor hasil tambang PT Newmont Nusa Tenggara yang jumlahnya mencapai US$ 156,707 juta atau setara Rp 1,331 triliun.
SUPRIYANTHO KHAFID