TEMPO Interaktif, Surabaya - Dua tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono–Boediono periode kedua, Kamis, 20 Oktober 2011, diperingati oleh para mahasiswa, buruh, bahkan anak jalanan di Surabaya dan Kediri dengan aksi unjuk rasa.
Di Surabaya digelar di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur di Jalan Indrapura dan Gedung Negara Grahadi di Jalan Gubernur Suryo.
Baca Juga:
Aksi pun akan dilakukan nanti malam pukul 19.00 WIB yang dilakukan massa yang mengatasnamakan Occupy Surabaya Juang. Mereka akan menggelar malam renungan dua tahun pemerintahan SBY-Boediono di depan Gedung Negara Grahadi. “Pemerintahan SBY-Boediono telah terjerumus ke arah yang mengingkari amanat UUD 45. Banyak kekayaan alam dan aset strategis dirampok dan dijual kepada asing,” kata koordinator Occupy Surabaya Juang, Catur Wibowo.
Sebanyak 350 personel gabungan dari Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya serta beberapa kepolisian sektor dikerahkan di setiap lokasi unjuk rasa. Pengamanan diperkuat aparat Brimob Kepolisian Daerah Jawa Timur.
Ratusan orang dari Komite Aksi Rakyat, yang merupakan gabungan dari GMNI, IMM, serta elemen buruh dan anak jalanan, merupakan kelompok massa pertama yang mendatangi Gedung Negara Grahadi. Mereka mendesak SBY-Boediono segera turun dari jabatannya karena dinilai gagal menyelamatkan negara dari jurang kemiskinan. ”Bangsa ini tidak mungkin dipimpin orang yang peragu dan lebih mementingkan citra dibanding kinerja," kata juru bicara Komite Aksi Rakyat, Andreas.
Selain berorasi, massa juga menggelar aksi teatrikal. Salah seorang peserta aksi dibalut dengan kain putih sehingga mirip pocong. Wajahnya mengenakan topeng bergambar Presiden SBY.
Aksi pun diramaikan dengan datangnya tiga kelompok massa, yakni Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Lingkar Demokrasi Forum (LDF) IAIN Sunan Ampel Surabaya, serta Front Mahasiswa Nasional.
Mahasiswa dari BEM Unesa melumuri seorang peserta dengan cat serba merah dan di punggungnya tertera inisial SBY. "Ini simbol matinya hati nurani Presiden," ucap koordinator BEM Unesa, Shodikin.
Adapun massa dari Lingkar Diskusi Forum IAIN Sunan Ampel Surabaya melempar patung SBY dengan tomat dan sayur kubis busuk. Massa juga membakar keranda mayat, namun segera dicegah polisi dengan menyemprotkan pemadam kebakaran.
Anggota LDF IAIN Sunan Ampel Surabaya lainnya bahkan sibuk berfoto di depan rekannya yang tengah beraksi. Mereka bahkan mengajak polisi berpose yang kemudian dijepret dengan kamera dari telepon seluler. ”Fotonya untuk dipasang di Facebook. Mumpung aksinya bagus,” tutur Muslihah, salah seorang peserta aksi sambil terkekeh.
Di Kediri, aksi unjuk rasa dilakukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kediri di depan gedung Balai Kota dan DPRD Kota Kediri. Mereka membentuk panitia reshuffle untuk memecat SBY dari kursi presiden. Mereka juga memaksa Sekretaris Kota Kediri Agus Wahyudi menandatangani surat pemecatan terhadap SBY. "Yang pantas di-reshuffle adalah SBY sendiri," teriak koordinator aksi, Muhammad Huda.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa juga menyampaikan sikap rekan-rekan mereka di Pacitan yang malu pada kepemimpinan SBY. Sebagai sesama warga Pacitan, SBY sama sekali tidak mencerminkan sikap yang bijaksana.
FATKHURROHMAN TAUFIQ | HARI TRI WASONO