TEMPO Interaktif, Denpasar - Event tahunan Gema Perdamaian kembali digelar di Bali menjelang peringatan bom Bali pertama 12 Oktober. Acara di Monumen Badjra Sandhi, Denpasar, Sabtu, 8 Oktober 2011, itu dilakukan dengan memanjatkan doa bersama tokoh lintas agama.
Kegiatan yang sudah 9 kali dilakukan itu diawali dengan Padayatra atau berjalan bersama sambil menyanyikan lagu-lagu rohani mengelilingi lapangan Renon. Setelah itu para tokoh lintas agama diundang ke atas panggung dan secara bergantian memanjatkan doa sesuai tata cara masing-masing agama. Puncaknya, selama 5 menit doa dipanjatkan secara bersamaan.
"Semoga vibrasi doa akan menimbulkan kekuatan untuk menciptakan perdamaian," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang memimpin acara itu. Acara itu diakhiri dengan menyalakan obor, melepaskan balon ke udara dan menerbangkan burung merpati.
Ketua Panitia Ketut Darmika menyatakan tahun ini acara sengaja tidak digelar pada tanggal 12 Oktober. "Tujuannya memang bukan untuk memperingati tragedi bom Bali tapi menyebarkan pesan perdamaian ke seluruh dunia," ujarnya.
Peringatan bom, menurutnya, justru akan melukai kembali kenangan terhadap para korban dan keluarganya, sementara yang penting bagi warga Bali adalah menciptakan perdamaian di masa depan.
Kegiatan itu juga makin dikembangkan dengan melibatkan banyak pihak. Pada tahun ini misalnya, sumbangan kesenian diperoleh dari kelompok Sunda Wiwitan, kelompok gamelan angklung dari warga Jepang, Barongsai serta aneka kesenian lainnya.
Pihaknya juga terus mempromosikan acara ini keluar negeri agar gema perdamaian juga bisa dilangsungkan di berbagai tempat di dunia.
ROFIQI HASAN