TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono, mengatakan industri mebel Indonesia saat ini tengah terpuruk. "Industri mebel terpuruk. Eksportir mebel kini berteriak," ujarnya, Selasa, 12 Juli 2011.
Kondisi ini, kata dia, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Pertama, ekonomi AS dan Eropa yang bergerak melambat dan berdampak pada lambannya daya beli importir. "Makro ekonomi berdampak pada daya beli. Misalnya, masalah utang Yunani yang berimbas pada Prancis, Italia, dan Spanyol," katanya.
Ekspor Indonesia ke AS yang semula 30 persen dari total ekspor turun menjadi 20 persen saja. Begitu pula ekspor ke Eropa yang 20 persen turun menjadi 10 persen. Tidak hanya Indonesia, Vietnam pun persentase ekspornya ke AS turun dari 40 persen menjadi 30 persen. Begitu juga Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand, melorot rata-rata 20 persen. "Ini lebih parah dari krisis global kemarin," kata Ambar.
Kedua, adanya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah tercatat berkisar Rp 8.522 hingga kemarin. Akibatnya, "Ada peningkatan harga furnitur Indonesia di luar negeri sebesar 15 persen dibanding saat kurs rupiah Rp 10 ribu," ujar Ambar. Jika dulu orang membeli mebel karena fashion, sekarang atas dasar fungsi.
Tidak mau terpaku pada hambatan ekonomi dunia yang stagnan, Asmindo menggalakkan pameran mebel. Ajang "nternational Furniture and Craft Fair Indonesia", pameran mebel ekspor yang biasanya satu kali per tahun pada Maret, kini digelar sebanyak 2 kali. Penyelenggaraan kedua tahun ini dijadwalkan pada 11-14 September mendatang di Jakarta International Expo Kemayoran. Pameran diharapkan menggaet 1.500 pembeli.
Meski mengaku belum memiliki target nilai transaksi dalam pameran ini, Asmindo menargetkan bisa menggaet 1.500 pembeli dari sejumlah negara, antara lain 170 importir dari Eropa Timur, 220 importir dari AS, dan 450 importir dari Asia Pasifik.
Pameran ini akan melibatkan ribuan pelaku usaha mebel, antara lain 100 pengusaha dari Bali, 50 peserta dari Bandung, 900 peserta dari Cirebon, 1.500 peserta dari JAbodetabek, dan 800 peserta dari Jepara.
ATMI PERTIWI