TEMPO Interaktif, Makassar - Kepala Polda Sulawesi Selatan dan Barat, Inspektur Jenderal Johny Wainal Usman mengatakan praktek pembalakan liar di wilayah Kabupaten Luwu Timur cukup marak. "Praktek itu sudah tercium aparat kepolisian," katanya saat mengukuhkan Kepala Polres Luwu Timur yang baru, Ajun Komisaris Besar Andi Firman, hari ini.
Jenderal bintang dua ini mengatakan kepolisian dalam posisi mem-back up dinas kehutanan setempat, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan.
"Sementara ada kasus yang ditangani Balai Konservasi. Polisi masih menunggu proses pelimpahan tersangka," jelas Johny.
Dia mengatakan, pembalakan liar dilakukan di dalam area hutan lindung. Hal tersebut berpotensi merusak lingkungan dan membahayakan struktur tanah. "Kami tidak ingin akibat pembalakan liar itu berbuah bencana longsor. Harus ada pelajaran dari beberapa kasus bencana di daerah lain," ujarnya.
Andi Firman yang baru saja dilantik menggantikan Ajun Komisari Besar Richard M Nainggolan mengatakan, akan memetakan kasus-kasus yang menonjol di masyarakat, salah satunya dugaan maraknya pembalakan liar. "Saya juga telah banyak minta petunjuk dari pejabat baru," kata Firman.
Faat Rudianto, Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan, dan Perpetaan Balai Konservasi membenarkan maraknya praktek pembalakan liar di kawasann hutan lindung. "Warga menembus masuk ke hutan lindung dan menebang pohon di dalam. Bahkan ada rumah yang dibangun di sana untuk memudahkan praktek itu," ujar Faat.
Menurut Faat, yang menjadi perhatian juga adalah adanya dugaan penyelundupan kayu dari luar masuk ke daerah itu. Awal Oktober lalu, sebanyak 200 batang kayu hitam berhasil disita Balai Konservasi di Luwu Timur. "Kayu tersebut tepergok hendak dijual di daerah itu," ucapnya.
ABDUL RAHMAN